Saya memilih merdeka. Merdeka dalam berpikir, berkarya, bergerak, dan menginspirasi. Menyandang profesi sebagai Guru membuatku harus tampil beda dari guru yang lain. Apatahlagi guru honorer. Saya ingin menjadi guru inspirator. Berbekal tekad tersebut, berbagai pelatihan saya ikuti. Hingga pada akhirnya saya dipertemukan dan berkenalan dengan Salah seorang guru berprestasi di kota Makassar. Asbab beliaulah saya berkenalan dengan Pena. Ikuti pelatihan sagusabu ang-2 Sulawesi Selatan membuatku merasa paling beruntung diantara ratusan bahkan ribuan guru di Sulawesi Selatan. Di sini asaku bermuara. Di ujung Pena segala doa kupanjatkan. Berbagai inpian telah kucatat dan kusimpan rapi jauh dari lubuk hatiku. Saya memilih berbuat hal yang beda dari guru yang lain. Menulis bagi sebagian guru adalah momok yang menakutkan. Hal tersebut merupakan peluang bagi Saya. Peluang untuk menjadi kompor yang tiba saatnya akan meledak. Meledak hingga efeknya dirasakan bukan hanya di Sulawesi Selatan saja, melainkan tanah jawa ikut terguncang. Asaku berbuah manis. Allah mengijabah segala pintaku. Lewat si biru, buku pertama yang Saya tulis "Menjadi Guru Yang di rindui-Nya" Benar-benar meledak di pasaran. Orang-orang terdekat kaget, siswa, mahasiswa, guru, dosen, dan keluarga semuanya tak percaya teriring rasa bangga atas capaianku. Alhamdulillah.